Bunulrejo, 26 Desember 2019
Mereview sebuah agenda Mbois yang digagas oleh Karang Taruna Setya Karya Kelurahan Bunulrejo pada Minggu, 25 februari 2018, membangun dengan menggali sebuah culture atau budaya Bunulrejo.
Seminar Kajian Pengembangan Wisata Bunulrejo,
Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata dan Pengembangan Kepemudaan Tourism
Dalam Rangkaian HUT Ke-1083 Bunulrejo Tahun 2018
Nama Kegiatan
Seminar Kajian Pengembangan Wisata Bunulrejo, Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata dan Pengembangan Kepemudaan Tourism
Latar Belakang
Sejarah asal usul desa pada umumnya dapat digali melalui tinggalan arkeologis dan folklor (cerita rakyat). Berdasarkan “prasasti kanuruhan”, ditulis di belakang sandaran arca “Ganesha” (Dewa berkepala gajah dari pemeluk agama Hindu ) yang putus bagian kepala hingga bahu, yang dahulu berada di halaman rumah Bapak Dasir di Beji Gang Buntu (RT 01 RW XII) Kelurahan Bunulrejo.
Sepanjang yang dapat dibaca pada prasasti ”Kanuruhan” yang berbahasa Jawa kuno dan berhuruf Jawa Kuno tersebut bahwa pada tahun 856 saka bulan Posya Wuku Wukir, Rakryan Kanuruhan Dyah Mungpang memberikan hadiah sebagian tanah di desa yang masuk wilayah kanuruhan kepada penduduk desa yang bernama “BULUL” atas jasa-jasanya terhadap desanya. Nama “BULUL” ini kelak kemudian hari berubah menjadi “BUNUL” dari hasil perubahan bunyi dari konsonan ”l” menjadi “n”, seperti kata : Melur menjadi Menur, Panawijen menjadi Palawijen.
Kelurahan Bunulrejo secara administrative terbentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1987. Adapun nama bunulrejo sendiri baru ditetapkan pada tahun 1981 oleh Perda Kotamadya Malang. Sebelum itu nama yang dikenal adalah “Bunul “ Menurut Perda Kotamadya Malang No. 4 tahun 1967, desa Bunul masuk dalam Lingkungan VI Kecamatan Blimbing. Lingkungan yang dimaksud merupakan kesatuan desa yang secara administrative membawahi sebuah wilayah sejajar dengan desa-desa tersebut (wilayah desa di dalam kota) jadi dalam hal ini tidak ada kepala desa yang ada hanya “Kepala Lingkungan” Dengan demikian kepala lingkungan statusnya sejajar dengan Kepala Desa.
Demikianlah sejarah singkat terbentuknya kelurahan Bunulrejo yang sekarang ini, secara administratif sejak tahun 1987 Desa Bunul ditetapkan dan berdiri sendiri sebagai Kelurahan Bunulrejo, yang terdiri dari 21 (dua puluh satu) Rukun Warga (RW) dan 146 (seratus empat puluh enam) Rukun Tetangga (RT).
HUT Ke-1083 Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang merupakan sebuah momen mengenang dan penajabaran dari semangat untuk berkreativitas bagi seluruh masyarakat Bunulrejo. Sehingga agenda HUT Ke-1083 Bunulrejo sangat berbeda dalam rangkainnya, agenda-agenda lebih mengedepankan semangat berbagi dan partisipatif seluruh elemen masyarakat Bunulrejo.
Harapan agenda HUT Ke-1083 Kelurahan Bunulrejo besar harapan memberi dampak yang positif dalam membangun semangat kebersamaan dan menelorkan wujud semangat kreativitas, karena yang menjadi garda terdepan acara HUT Ke-1083 Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini adalah Karang Taruna Kelurahan Bunulrejo Kota Malang.
Seminar Kajian Pengembangan Wisata Bunulrejo, Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata dan Pengembangan Kepemudaan Tourism, Dalam Rangkaian HUT Ke-1083 Bunulrejo Tahun 2018, merupakan sebuah inisiasi dari Karang Taruna Setya Karya dalam mengembangkan kreativitas masyarakat di Bunulrejo yang melibatkan seluaruh elemen masyarakat. Sehingga muncul ide yang besar dalam pengembangan kreativitas yang bisa mewadahi semua elemen tersebut dalam tataran pengembangan pariwisata Bunulrejo, dasar pengembangan pariwisata itu sangat kuat dilihat dari akar sejarah Bunulrejo yang diceritakan dalam sebuah batu prasasti yang seakrang bedarada di Musium Mpu Purwa yang berada di area kantor Dinas Pariwisata Kota Malang.
Cerita Sejarah Bunulrejo dibagi 3 fase massa yaitu massa sejarah kerajaan, fase massa islam masuk yang dibuktikan dengan adanya petilasan makam tokoh islam dan fase massa ketiga adalah massa kolonial yang dibuktikan dengan adanya tangsi militer kolonial massa penjajahan. Sehingga dengan kekuatan sejarah Bunulrejo yang panjang tersebut selayaknya digali secara kajian akademis tentang berbagai potensi dari Bunulrejo ini untuk dikembangkan dalam bentuk sebuah destinasi pariwisata tematik.
Dalam mendukung konsep kajian pariwisata tematiknya, juga akan dilakukan kajian tentang pengembangan Pasar Bunulrejo yang terletak dalam poros jalan hamid rusdi akan coba dikembangkan dalam konsep pasar wisata modern. Dalam sudut pandang wilayah Pasar Bunulrejo merupakan sebuah aset dalam mendukung sebuah konsep pariwisata tematik Bunulrejo, sehiingga kajian dengan dukungan akademisi dan pakar terkemu dapat terealiasi dalam dukungan Pemerintah Kota Malang.
Sehingga harapan dari adanya seminar Seminar Kajian Pengembangan Wisata Bunulrejo Dan Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata, Dalam Rangkaian HUT Ke-1083 Bunulrejo Tahun 2018 ini dapat menjadi awal berjalannya sebuah ide kreatif pariwisata tematik Bunulrejo yang berjalan dan melibatkan semua stakeholder di wilayah Bunulrejo. Sebuah destinasi pariwisata tematik ini akan menumbuhkan sektor ekonomi baru dan memperkuat sendi-sendi ekonomi di wilayah Bunulrejo, dan terdampak luas bagi masyarakat dalam wilayah Bunulrejo dan Kota Malang.
Dasar Pelaksanaan
- HUT Ke-1083 Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang merupakan agenda Rutin warga Bunulrejo. Sebagai penjabaran mengingat sejarah berdirinya Bunulrejo.
- Sebagai perwujudan aspirasi warga dan stakeholder Kelurahan Bunulrejo.
- Sejarah Bunulrejo yang merupakan daerah bersejarah yang dibuktikan dengan adanya prasasti yang berada di musium mpu purwa di kantor Dinas Pariwisata Kota Malang.
Maksud dan Tujuan Acara
- Sejarah Bunulrejo diperingati setiap tanggal 04 januari telah berusia 1083 tahun merupakan modal yang besar bagi sebuah entitas pariwisata untuk diangkat menjadi destinasi wisata tematik di kota malang. Sejarah Bunulrejo dibagi 3 fase massa yaitu massa sejarah kerajaan, fase massa islam masuk yang dibuktikan dengan adanya petilasan makam tokoh islam dan fase massa ketiga adalah massa kolonial yang dibuktikan dengan adanya tangsi militer kolonial massa penjajahan.
- Membuat bahan kajian akademis bersama semua stakeholder Kelurahan Bunulrejo dan Kota Malang, sehingga secara teknis kajian tersebuat dapat segara berjalan untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi pariwisata tematik di wilayah Kelurahan Bunulrejo.
- Mengembangkan potensi pariwisata lokal dan tematik yang melibatkan potensi seluruh warga bunulrejo.
- Mengembangkan potensi Pasar Bunulrejo, menjadi pasar Wisata yang layaknya pasar sukowati di Bali, sehingga intregasi semua potensi di Bunulrejo menjadi penggerak ekonomi.
Waktu dan Tempat Acara
08.00 – 13.30 WIB
Minggu, 25 februari 2018
Gedung Serbaguna Kantor Kelurahan Bunulrejo
Jl. Hamid Rusdi No.91, Kota Malang
Keynote Speach
Moreno Soeprapto, SH
Anggota DPR RI Komisi 3
Drs. Wasto. SH., MH
Sekretaris Daerah Kota Malang
Agenda Acara
- Seminar Kajian Pengembangan Wisata Bunulrejo dan Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata
Waktu 08.00 – 11.00 WIB
- Erik Setyo Santoso, ST., MT
Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Barenlitbang) Kota Malang
- Wahyu Setianto, MM
Kepala Dinas Perdagangan Pemerintah Kota Malang
- Agung H. Buana
Kasie Pemasaran Pariwisata, Dinas Pariwisata Kota Malang
- Arief R. Setiono, ST., MT., IPM
Pakar Lingkungan
Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Malang
Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Islam Negeri (UIN)
- Dwi Cahyono, M.Hum
Pakar Sejarah Universitas Negeri Malang
- Bapak Windhu Abiworo
Owner JNE Express Malang
- Elfiatur Roikhah, SE., MM., Ak., CBV
Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang
- Bambang Sumarto, ST
Ketua Komisi C DPRD Kota Malang
- Abdul Munthalib
Pemimpin Redaksi Jawa Pos Radar Malang
- Pengembangan Kepemudaan Tourism
Waktu 11.00 – 13.30 WIB
- Elfiatur Roikhah, SE., MM., Ak., CBV
Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang
- Mohammad Cholili Mukti
Ketua Karang Taruna Kota Malang